Jumat, 10 Mei 2013

Bunga yang rapuh..

Tak butuh waktu yg lama untuk kita agar bisa saling memahami. Awal pertemuan yang sangat berkesan, di iringi bahagia yg bertaburan. Entah  apa yg membuat diriku nyaman ketika dihadapmu, serontai hati ini luluh melihat mata yang begitu teduh.
Dari kuncup sampai mekar, ahirnya bunga ini kau petik pada waktu yang cantik. Dengan harapan, kita bisa saling menjaga bunga ini agar tak pernah layu termakan waktu. Ku biarkan perasaan ini terus tumbuh dalam hati yg bergemuruh. Ku biarkan rindu ini terus berjalan menghampirimu.
Hanya sekedar ucapan selamat malam, aku bisa tidur dengan tenang. Lalu aku terbiasa bangun dan tersenyum setelah kau sapa disetiap pagiku. Saat kita bersimpangan, selalu ada canda yang membuatku candu. Tawa yang  menyuruh kita melupakan waktu.
Kamu memang tak pandai merayu,tapi aku pernah jatuh tersipu malu dihadapmu. Ketika kau usap penutup kepala ini dengan sapu tangan, seraya kau katakan. Aku tetap cantik meski muka ini lusuh berantakan terguyur hujan. 
Tak ada yang lebih indah selain melewati hari bersamamu. Dan kurasakan damai dalam  pelukmu. Begitu juga dengan uluran tangan, selalu menghangatkan ketika ku mengeluh kedinginan. Sungguh aku tak ingin melewatkan.
Kita selalu melangkah dengan pelan. Tanpa sadar terlalu jauh kau berjalan. Menghampiri titik kejenuhan, yang menikam perasaan.
Kini ku berjuang sendirian. Menopang tangkai bunga yang semakin rapuh, mempertahankan agar tak menjadi runtuh. Namun  sikapmu yang diam dan membisu, hanya membuat bunga ini semakin layu.
Kita memang pandai dalam hal menjatuhkan cinta, tapi tidak dalam hal mempertahankannya.
Tangkai bunga sudah mati. Kau pergi meninggalkan duri yang menyayat hati. Ego yang telah memisahkan, bukan kita yg menginginkan. Aku tak akan menemukan seseorang sepertimu, yang jelas aku akan mendapatkan penggantimu.

0 komentar:

Posting Komentar